Syarat Seorang Guru Menurut KH. Hasyim Asyari & KH. Ahmad Dahlan

Wednesday 22 October 20140 komentar

Para guru perlu merefleksikan kembali peran strategisnya dalam dunia pendidikan di Indonesia. Wajah pendidikan di Indonesia masih belum lapang arahnya, sehingga semua komponen pendidikan harus saling mendukung untuk menghasilkan kualitas peserta didik yang baik, bisa menjawab problema masyarakat dan ikut serta dalam membangun peradaban bangsa.



Dari sekian elemen pendidikan, guru merupakan ujung tombak paling utama dalam mendidik peserta didik. Kualitas siswa bisa dilihat dari kualitas para guru yang mengajarnya. Karena guru selain memberikan materi pelajaran, juga bertugas memberikan keteladanan siswa dalam menyerap nilai pelajaran yang diajarkan. Keteladanan guru menjadi point paling besar, karena meresapkan nilai pelajaran dalam kehidupan nyata.

Falsafah Jawa telah mengajarkan bahwa guru adalah digugu dan ditiru. Digugu berarti guru bisa dipercaya kualifikasi keilmuannya. Guru mampu menyampaikan materi sesuai dengan senyatanya, bukan hasil rekayasanya yang tak akurat. Guru yang digugu mempunyai kapasitas keilmuan yang cukup, hasil olah belajarnya yang tekun dan kemudian diajarkan secara cerdik kepada peserta didik.

Sedangkan maksud ditiru adalah guru mampu mengajarkan kehidupan seharinya sebagai manifestasi tata keilmuan yang digelutinya. Apa yang diucapkan sesuai dengan dijalani sehari-hari. Peserta didik bisa mengambil materi pelajaran bukan saja dari buku, tetapi juga dari meniru sang guru yang lelaku hidupnya mencerminkan tingkat kualitas keilmuan yang diresapi. Kesatuan antara ilmu dan tindakan ini menjadikan guru sebagai guru yang digugu dan ditiru. 

Etika dan Syarat Guru
Menjadi guru memang sekedar menjalankan ritual mengajar. Guru adalah pemegang mahkota pengetahuan yang akan disandangkan kepada murid-muridnya. Karena itu, guru mesti mempunyai etika yang jauh melebihi muridnya.

Menurut KH Ahmad Dahlan menjelaskan bahwa syarat dan etika guru adalah: 1) Muslim; 2) Mempunyai kemampuan dan kecakapan yang diperlukan; 3) Anggota/calon anggota/simpatisan organisasi (Muhammadiyah atau Aisyiyah); 4) Loyal terhadap Persyarikatan dan Perguruan; 5) Berjanji untuk memenuhi persyaratan khusus yang dimufakati bersama antara yang bersangkutan dengan bagian pendidikan dan pengajaran.

Diantara kelima syarat tersebut, menurut KH Ahmad Dahlan, syarat kemampuan menjadi perhatian yang istimewa. Syarat kemampuan dirinci sebagai berikut:
  1. Pertama, menguasai bahan; menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah dan menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi;
  2. Kedua, menguasai program belajar; a) merumuskan tujuan instruksional, b) mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar, c) memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat, d) melaksanakan program mengajar dan belajar, e) mengenal kemapuan anak didik, f) merencakan dan melaksanakan pengajaran remedial;
  3. Ketiga, mengelola kelas; a) mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran, b) menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi.
  4. Sedangkan keeempat adalah menggunakan media dan sumber; a)  mengenal dan memilih serta menggunakan sumber, b) menggunakan alat-alat bantu pelajaran yang sederhana, c) menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar, d) mengembangkan laboratorium, e) menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.
  5. Kelima, menguasai landasan-landasan kependidikan.
  6. Keenam, mengelola interaksi belajar mengajar.
  7. Ketujuh, menilai prestasi siswa untuk kependidikan dan pengajaran.
  8. Kedelapan, menguasai fungsi dan program dan bimbingan di sekolah; a) menguasai fungsi dan layanan dan bimbingan di sekolah, b) menyelenggarakan program layanan dan bimbingan di sekolah.
  9. Kesembilan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah; a) mengenal  penyelenggaraan administrasi sekolah, b) menyelenggarakan administrasi sekolah.
  10. Kesepuluh, memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
Sedangkan menurut KH Hasyim Asy’ari, ada dua puluh etika yang harus dipenuhi guru dan calon guru.
  1. Pertama, selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah dalam keadaan apapun, bagaimanapun dan dimanapun.
  2. Kedua, mempunyai rasa takut kepada Allah, takut atau khouf dalam keadaan apapun baik dalam gerak, diam, perkataan maupun dalam perbuatan.
  3. Ketiga, mempunyai sikap tenang dalam segala hal.
  4. Keempat, berhati-hati atau wara dalam perkataan,maupun dalam perbuatan.
  5. Kelima, tawadhu dalam pengertian tidak sombong, atau dapat juga diartikan rendah hati.
  6. Keenam, khusyu dalam segala ibadahnya.
  7. Ketujuh, selalu berpedoman kepada hukum Allah dalam segala hal.
  8. Kedelapan, tidak menggunakan ilmunya hanya untuk tujuan duniawi semata.
  9. Kesembilan, tidak rendah diri di hadapan pemuja dunia.
  10. Kesepuluh, zuhud, dalam segala hal.
  11. Kesebelas, menghindarai pekerjaan yang menjatuhkan martabatnya.
  12. Keduabelas, menghindari tempat–tempat yang dapat menimbulkan maksiat.
  13. Ketigabelas, selalu menghidupkan syiar Islam.
  14. Keempatbelas, menegakkan sunnah Rasul.
  15. Kelimabelas, menjaga hal-hal yang sangat dianjurkan.
  16. Keenambelas, bergaul dengan sesama manusia secara ramah.
  17. Ketujuhbelas, menyucikan jiwa.
  18. Kedelapanbelas, selalu berusaha mempertajam ilmunya dan terbuka untuk umum, baik saran maupun kritik.
  19. Kesembilan belas, selalu mengambil ilmu dari orang lain tentang ilmu yang tidak diketahuinya.
  20. Keduuapuluh, meluangkan waktu untuk menulis atau mengarang buku.
Cermin Masa Depan
Etika dan syarat seorang guru dari Kh. Ahmad Dahlan dan Kh. Hasyim Asy’ari tersebut merupakan petuah sangat bernilai bagi problem guru dan endidikan di Indonesia sekarang ini. Sayang, pemikiran kedua tokoh yang merupakan pendiri Muhammadiyah dan NU tersebut sudah banyak dilalaikan, karena corak pendidikan kita sudah berkiblat dengan sistem sekuler. Apa yang dipikirkan kedua tokoh tersebut bukanlah sekedar dalam kertas saja, melainkan sudah dibuktikan.

Murid KH Ahmad Dahlan dan Kh. Hasyim Asy’ari banyak sekali tersebar di berbagai pelosok desa sampai menjadi tokoh nasional. Pemikiran dan bukti yang nyata serta sesuai dengan karakter kehidupan bangsa kita ini wajib kembali disuarakan, sehingga bangsa ini bisa kembali mengaktualisasikan warisan para pendahulunya yang sudah terbukti nyata, dari pada tenggelam dalam bongkar pasang sistem pendidikan yang mengacu kepada sistem sekuler yang tanpa ujung itu.

KH. Ahmad Dahlan dan Kh. Hasyim Asy’ari adalah sosok guru sejati dan cermin bagi masa depan bangsa ini. Guru yang demikian yang tak lekang oleh zaman. Selalu dibutuhkan dan selalu hadir untuk mengajarkan nilai hidup bagi jamannya. 

Penulis:
Siti Muyassarotul Hafidzoh
 
(Guru Madin Masjid Zahrotun Banguntapan Bantul Yogyakarta) melalui nu.or.id
Share this article :
 
TEMPLATE AS-SALAM| ASSALAM - All Rights Reserved
Supported : ARNICK.BLOGSPOT.COM | Creating Website | NAJIH dan ARNICK Themes