Terjadinya kebakaran
hutan di Provinsi Riau yang menimbulkan pencemaran udara. Tebalnya kabut asap
yang membuat sekolah diliburkan, banyak kegiatan-kegiatan yang mendadak
dibatalkan dan banyak menimbulkan korban ISPA. Hal ini membuat
masyarakat Riau sangat menderita, sementara minyak Riau disedot 200.000 barel
setiap hari, jumlah sebesar itu penyumbang 1/3 minyak nasional.
Sudah hampir 2 bulan
masyarakat Riau menikmati kabut asap yang mengandung karbondioksida, menyebabkan
kepala pusing, batuk, filek. namun patut disayangkan Presiden Jokowidodo baru mengunjungi Riau pada
hari senen, 16 september 2019 kemaren, dimana kabut asap sudah menyebrang
kenegara tetangga malaysia dan singapor. Masyarakat Riau berharap kedatangan
presiden Jokowidodo di bumi lancang Kuning bukan hanya sekedar selfi-selfi di tempat
bekas kebakaran hutan dan lahan, kemudian menjadi trending topik bagi media
lokal dan nasional, akan tetapi masyarakat Riau sangat berharap; dapat memberikan solusi bagai masalah kebakaran hutan
dan lahan hampir setiap tahun terjadi.
Data yang
disampaikan oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang dikutip dari salah satu media cetak bahwa kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau 90 % dibakar oleh
korporasi dan perseorangan. Artinya ada kesengajaan dari pihak tertentu
untuk membakar hutan dan lahan dan mengeruk keuntungan dari hal itu. Masyarakat
Riau ingin hukum di tegakkan seadil-adilnya, untuk menegakkan supremasi hukum
di bumi lancang kuning ini,supaya tidak hanya buah bibir pejabat saja, maka mahasiswa
melalukan Demonstrasi menuntut kepada pemerintah untuk menuntut supaya menindak
tegas tanpa pandang bulu siapa saja yang membakar hutan baik korporasi maupun
perorangan.
Gustrivoni selaku
pengamat pendidikan dan masalah sosial dari pondok pesantren assalam naga
beralih mengatakan; kedatangan presiden jokowidodo di Riau benar-benar memberikan solusi bagi masa depan
Riau, kenapa tidak, hampir setiap tahun masalah yang sama terus berulang, tidakkah
mengambil pelajaran dari tahun-tahun
sebelumnya tentang kebakaran hutan dan lahan ini, bagaimana hal ini bisa
terjadi lagi ? sementara tahun-tahun sebelumnya sudah ditangani dengan masalah
yang sama. Atau seakan-akan di tangani,tapi tidak serius, kemudian setelah itu dibiarkan kembali.
Presiden Jokowidodo
dengan kekuasan yang ada pada dirinya, harus benar-benar bisa memastikan kepada
masyarakat Riau bahwa untuk masa yang akan datang tidak akan ada lagi yang
membakar hutan dan lahan, Riau sebagai negeri yang kaya, disebut dengan minyak
diatas dan dibawah, minyak diatas adalah kelapa sawit, sedangkan minyak dibawah
adalah minyak bumi. Riau sebagai Provinsi penyumpang Devisa negara terbanyak di
negara Indonesia, maka tidaklah berlebihan kalau pemerintah pusat memperhatikan kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat Riau. Pemerintah Pusat
jangan hanya mengeruk hasil bumi Riau saja, tanpa balas jasa ke masyarakat Riau (GT)